Rabu, 22 Oktober 2008

Pulau Derawan

Memang tidak salah, jika beberapa LSM dunia mengusulkan agar Kepulawan Derawan menjadi salah satu situs warisan dunia (world heritage site). Mengingat kepulawan yang memiliki keaneka-ragaman hayati itu, bak sepenggal surga dengan keindahan laut tiada tara.

Air laut bersih dan biru menawan, deburan ombak pecah silih berganti, berbuih nan putih jernih. Sesekali riak gelombang kecil bergulung dibalik celah batu karang yang tumbuh yang mengiasi garis pantai. Pantulan cahaya mentari memberikan warna-warna pelangi. Ratusan pohon nyiur (pohon kelapa) melambai diterpa angina pantai. Perahu dan sampan nelayan tradisional, seakan menjadi kartu undangan bagi wisatawan untuk mengunjunginya.

“Sebelum menginjakan kaki di Kepulauan Derawan, sebaiknya anda jangan dulu mati”. Ungkapan ini terasa terlalu ekstrim dan teramat mendramatisir. Tapi bagi petualang yang sudah mengunjungi kepulauan ini, terutama mereka yang menyenangi wisata bahari, pasti sependapat akan ungkapan tersebut. Ibarat gula, Kepulauan Derawan kini memang dikerubuti semut. Bahkan, diantara mereka bahkan dating dari negeri seberang.

Letaknya memang terpencil. Secara geografis Kepulauan Derawan terletak di semenanjung utara perairan laut Kabupaten Berau. Kawasan tersebut terdiri dari 31 pulau kecil, diantaranya Pulau Panjang, Raburabu dan Pulau Maratua. Selain itu, ada pula beberapa gosong karang seperti Muaras, Pinaka, Buliulin, Masimbung dan Tababinga.

Untuk mencapai derawan tidaklah mudah, juga tak murah. Terlebih bagi mereka yang melalui jalan darat. Menuju Kabupaten Berau, dari Samarinda membutuhkan waktu sekitar 15 jam. Karena itu pengunjung harus siap bermalam di dalam kendaraan. Panjangnya waktu melintasi jalan trans yang sebagian belum teraspal, tentu melelahkan. Terlebih setiba di Kabupaten Berau, pelancong masih harus melanjutkan perjalanan dengan naik boat menyusuri muara Sungai Berau menuju Laut Sulawesi, yang memakan waktu sekitar 3 jam.

Akan tetapi, perjalanan panjang sekitar 18 jam itu, segera terlunasi begitu menyaksikan kawasan yang masih asli dan perawan. Mungkin cuma di Kepulauan Derawan inilah, orang bias melihat penyu hijau (Cheloni Mydas) atau penyu sisik (Erethmochelys Fimbriata) melintas di pantai sambil berenang bermalas-malasan.
Laut biru nan bersih, dengan nyiur melambai berselimut awan tipis, ikan warna-warni juga sangat memanjakan mata. Belum lagi, pemunculan banyak biota laut yang jarang ditemukan di tempat lain. Karena itu, banyak pihak kini menjadikan Kepulauan Derawan sebagai tempat ‘favorit’ untuk belibur, terutama yang menyukai wisata bahari.

Setidaknya, ada empat pulau sering menjadi incaran kunjungan, yaitu Pulau Derawan, Sangalaki, Semama dan Maratua. Dari keempat pulau, hanya Derawan dan maratua yang dihuni penduduk. Sedangkan Sangalaki dilengkapi sebuah resort untuk kegiatan penyelam milik pengusaha swasta. Bagi penggemar oleh raga selam dan Snorkelling, kawasan Kepulauan Derawan memang menjadi surga. Banyak titik penyelaman di perairan ini menyajikan pemandangan bawah laut yang amat indah. Tiap lokasi konon memberikan tantangan berbeda.

Sering menjadi buah bibir para penyelam, adalah atraksi alami gerombolan barakuda di perairan Pulau Kakaban. Suasana itu menjadi semakin komplit sering munculnya jenis hiu, pari dan ikan-ikan karang eksotik lainnya. Seperti ikan Napoleon (Napoleon Wrasse). Tak mengherankan kalau saat ini, sudah ada tiga perusahaan swasta berfungsi sebagai resort penyelaman di Derawan dan sekitarnya.

Biasanya, setelah menyelam atau Snorkelling di perairan laut Kakaban, banyak yang menyempatkan diri melakukan hal serupa di Danau Kakaban. Untuk mencapai lokasi danau, pengunjung harus mendaki gunung dan bukit yang dipenuhi dengan pepohonan. Lebih mengagumkan, banyak pohon Mangrove yang tumbuh dengan kokoh di atas bebatuan karang. Di danau air asin ini, terdapat antara lain ubur-ubur endemik dari jenis Cassiopea yang dengan mudah ditemukan berenang di kolam air. Sementara darat perairannya dipenuhi dengan alga Halimeda, Sponges jenis Porifera dan ikan gobi.

Tak jarang kumpulan paus atau lumba-lumba melintasi atau mencari makan di perairan sekiter Pulau Kakaban dan Maratua menjadi tontonan yang menarik. Pemandangan tak kalah menawan juga ada di sekitar Taman Wisata Pulau Sangalaki. Di perairan ini, sering terlihat ikan pemangsa plankton muncul dan berkumpul. Sering membuat orang tercengang tentu saja kehadiran belasan pari manta hantu (Manta Birostris) berukuran raksasa. Hewan-hewan ini berenang sambil membuka mulutnya menyaring plankton. Mereka sama sekali tak terusik kehadiran penyelam atau pengemar Snorkelling yang berusaha mengikutinya.

Selain dikenal sangat indah, Kepulauan Derawan juga dikenal dunia sebagai habitat dan tempat bertelurnya penyu hijau. Penyu ini mencari makan di padang lamun (Sea Grass) di perairan dangkal Derawan. Sayangnya, sejak bertahun-tahun lalu, telur penyu yang seharusnya dilindungi terus diambil sehingga jumlahnya kian berkurang. Hal ini bias dibuktikan dengan masih adanya jual beli telur penyu di beberapa daerah. Bahkan sampai di Samarinda, Ibukota Provinsi Kaltim.

Kondisi demikian membuat banyak pihak prihatin, mereka pun bergandengan tangan melakukan kegiatan demi terjaganya konservasi di kawasan itu, tanpa melupakan kebutuhan masyarakat. Selain Pemkab Berau dan KSDA Kalimantan Timur, beberapa LSM seperti Turle Fondation, Yayasan Kehat, The Nature Conservancy, World Wide Fund For Nature (WWF), Mitra Pesisir, Bestari dan Kalbu turut berkiprah di sana untuk melakukan konservasi. Bukan itu saja, mereka juga mengusulkan agar Kepulauan Derawan menjadi salah satu situs warisan dunia (World Heritage Site).

1 komentar:

ichur mengatakan...

info anda bravo... tak sabar untuk berkunjung ke surga dunia ini ....semoga tercapai di bulan ini -amin-


PS: salam kenal
-i-